Teman Eks-Satu-SMA

Sejak awal 2017, saya berkarya di bidang marketing. Bukan hanya membawahi marcomm yang urusannya bakar duit untuk keperluan promosi & branding, tapi saya juga ada tugas nyari duit. Dan saya sadar, risiko terbesar bagi seseorang yang berurusan mencari duit adalah turunnya kualitas pertemanan.

Mari saya ceritakan bagaimana risiko terbesar itu muncul dan saya sadari.

Hari ini, banyak peristiwa spesial yang saya alami. (1) Mencari pengganti pembicara event yang tidak bisa hadir; (2) Bertemu teman-teman kantor yang beberapa nama di antaranya dominan dan mengendap di pikiran saya.

Lalu, (3) seseorang teman eks-satu-SMA yang tiba-tiba menyapa di telepon genggam; (4) Fokus pada pekerjaan-pekerjaan yang luar biasa menuntut perhatian: dua MoU, royalti penulis, sertifikasi, urusan event tanggal 7, insentif, GP Ansor (event juga), dan (5) bertemu istri.

Dua peristiwa paling spesial adalah seseorang teman eks-satu-SMA dan peristiwa saya bertemu istri. Tentu saja, yang lain-lain spesial bagi saya karena setiap bertemu orang, saya pasti belajar sesuatu. Belajar hal baru.

Oke, kita fokus pada dua hal spesial. Yang paling spesial di antara keduanya dan memberi pelajaran bagi saya adalah sapaan seorang teman eks-satu-SMA. Pukul 09.42 WIB tiba-tiba dia menyapa.

Sempat beberapa detik terbersit di pikiran untuk mengabaikannya. Tapi, saya bersyukur, bisa segera mengendalikan diri saya untuk tak mengabaikannya. Lalu saya sapa balik satu menit kemudian.

Nah, inilah. Ini yang menarik.

Yang paling menarik dan memberi pelajaran justru peristiwa beberapa detik itu tadi. Niat untuk mengabaikan seseorang teman. Mengabaikan seseorang yang dalam pikiran, saya berasumsi, orang ini tidak akan mendatangkan duit.

Bagaimanapun, kami mengobrol. Dia adalah seorang bankir yang kantornya ada di daerah. Dari hasil mengobrol, saya mendapat informasi: (1) Margin bank semakin tipis dan terjadi perubahan tipikal produk bank; (2) Teman-teman bankirnya banyak yang mengeluh.

Lantas (3) belakangan ini, banyak bank memilih jualan bancassurance untuk mengejar revenue; (4) BPD pun sekarang mulai jualan bancassurance dan sudah mulai fokus pada hitung-hitungan profit.

(5) Sekarang bank lama-lama tak ubahnya agen asuransi dan mengandalkan fee base transaksi; (6) Sekarang, kredit menjadi sangat prudent (susah cair) dan bank lebih suka main aman. Barangkali, profit bank ke depan cenderung mengandalkan fee base income.

Demikianlah saya mendapat info banyak hal dari dia. Saya dan dia sebenarnya mirip. Kami sama-sama fokus pada duit. Profit. Saya tersentuh oleh kebaikannya meluangkan waktu untuk menyapa saya bahkan membagikan informasi di dunia perbankan saat ini.

Entah betul atau tidak informasi yang dibagikannya, bagi saya, sapaan sederhana dari seorang teman adalah anugerah. Risiko terbesar bagi saya yang fokusnya nyari duit barangkali melihat seseorang atau orang lain berdasarkan “keuntungan”.

Singkat kata, kalau tidak hati-hati, saya bisa menjadi orang yang menuhankan uang. Profit menjadi “tuhan” baru. Maka, orang yang bagi saya tidak akan mendatangkan keuntungan, akan saya abaikan. Ini risiko dan bahaya jika saya tak meyadarinya.

Bukan cuma berisiko menurunkan kualitas pertemanan, tapi saya juga akan menjadi seseorang yang melihat orang lain berdasarkan plot-plot tertentu. Orang lain bisa jadi saya ukur dengan apa jabatannya, bisa mendatangkan keuntungan atau tidak, bisa menambah profit perusahaan saya atau tidak, bahkan lebih parah: orang lain hanyalah alat.

Mengerikan!

Terima kasih, teman eks-satu-SMA. Terima kasih atas sapaan sederhana yang membuat saya belajar sesuatu. Salam hormat, semoga selalu sehat untukmu dan keluargamu. Amin.

Tulis komentar di sini

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.